Seperti juga dalam kehidupan, di pasar modal terkadang hal yang kita inginkan tidak sesuai dengan harapan. Krisis selalu terjadi tanpa permisi, posisi floating profit kita di investasi saham dalam sekejap bisa berubah menjadi kerugian. Ini yang terjadi saat ini dengan Pandemik COVID-19 yang melanda seluruh dunia. Namun, ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Pasar saham pernah anjlok puluhan persen pada saat krisis ekonomi 1998, di 2003 wabah SARS juga sempat menghantam kinerja banyak saham, terakhir subprime mortgage USA Oktober 2008. Di 2008, IHSG mengalami penurunan drastis hingga 10,38% atau 168 poin ke posisi 1.451. Hari itu dikenal sebagai Black Wednesday. Saat itu perdagangan saham di BEI mengalami suspend, nilai transaksi yang terjadi Rp988 miliar, frekuensi tercatat 27.494 kali dan volume 1,129 miliar saham. Posisi tersebut merupakan terendah sejak September 2006. Namun, sejarah membuktikan bahwa setelah krisis berlalu, kondisi ekonomi membaik, perusahaan-perusahaan beroperasi normal kembali dan dalam prosesnya pasar saham mulai berbalik arah dan berangsur-angsur membaik dan pada akhirnya mampu memberikan keuntungan yang sangat mengiurkan.
Tahun 2001, Peter Lynch, seorang Fund Manager legendaris, pernah berkata “Meski saya sudah bekerja di pasar modal lebih dari 30 tahun dan melihat beberapa kejatuhan pasar, saya tetap tidak tahu kemana arah pasar selanjutnya. Tidak ada seorang pun yang yang tahu. Fluktuasi pasar adalah normal, meski kita semua tidak menyukainya. Yang terpenting bagi kita semua adalah jangan kehilangan fokus. Ingat lagi tujuan kenapa kita berinvestasi di pasar saham. Ketika kita berinvestasi di pasar saham, kita membeli perusahaan. Banyak kejadian (seperti corona sekarang ini, red) akan berdampak negatif terhadap kondisi ekonomi, pasar modal dan menurunkan laba perusahaan. Tapi saya percaya dibandingkan dengan pencapaian hari ini, laba perusahaan akan jauh lebih tinggi dalam 10 -20 tahun mendatang dan harga saham akan mengikut kenaikan tersebut.”
Anda setuju dengan Peter Lynch?
Krisis adalah ancaman dan sekaligus juga peluang, tergantung bagaimana kita melihatnya.
Jangan tinggalkan pasar saham, pastikan dana investasi kita tetap ada alokasi di saham dan kita tidak akan tertinggal pada saat terjadi momentum pemulihan pasar.
Salah satu strategi yang lazim digunakan oleh investor pada saat krisis adalah Akumlasi saham yang berprospek bagus di masa depan. Ini adalah teknik melakukan pembelian secara periodik atas saham yang kita mau. Akumulasi bisa dilakukan secara periodik berdasarkan waktu (paling lazim) atau berdasarkan pergerakan harga saham.
Artikel ini akan memberikan simulasi perhitungan sederhana implementasi teknik Akumulasi.
Tuan Alfa melakukan transaksi pembelian saham BMRI pada bulan Januari 2008 pada harga 1.745 sebanyak 50.000 lembar dengan total Rp. 87.250.000,-. Kemudian, terjadilah krisis di Oktober 2008 dan menyebabkan pasar modal mengalami down trend. Hal ini juga menyebabkan Tuan alfa mengalami kerugian cukup dalam. Tuan Alfa memiliki 3 pilihan: pertama, panik dan menjual semua sahamnya. Kedua, tahan sahamnya hingga krisis kembali pulih. Atau ketiga, melakukan penambahan pembelian dengan teknik akumulasi.
*Sumber Harga Saham: www.idx.co.id
- Jika Tuan Alfa ingin langsung melakukan penjualan saham pada bulan februari 2008 maka hasil investasi Tuan Alfa menjadi Rp. 85.400.000. Terdapat kerugian dengan pengurangan nilai investasi sebesar Rp. 1.850.000.
- Jika Tuan Alfa melakukan Hold saham tanpa melakukan apapun sampai dengan tahun ini maka total portofolio Tuan Alfa sebesar 1.844 x 50.000 (Lembar) = Rp. 92.200.000, sehingga tuan Alfa memiliki keuntungan nilai investasi sebesar Rp. 4.950.000
- Sedangkan saat Tuan Alfa melakukan trading konsisten setiap tanggal 25 (saat gajian) membeli saham BMRI sebanyak 10 lot dengan tujuan akumulasi saham. Maka total portofolio yang Tuan Alfa miliki pada saat harga kembali seperti harga pembelian akhir juni 20 sebesar 1.844 x 63.000 = Rp. 123.548.000. Sehingga Tuan Alfa memiliki keuntungan yang tujuh kali lebih besar yaitu Rp. 36.298.000
Berdasarkan 3 pilihan trading yang ada, dapat disimpulkan bahwa menahan saham dan tetap melakukan akumulasi saham di saat krisis akan mampu memberikan keuntungan dalam jangka watu investasi yang relatif panjang. Kita perlu memastikan bahwa saham yang kita investasikan adalah saham yang punya fundamental baik dan harganya akan pulih dengan cepat setelah krisis berakhir.
Di saat pandemik Corona ini, Mandiri Sekuritas mendukung gerakan #dirumahaja dengan melakukan training berkala online di learning.most.co.id. Anda bisa selalu memonitor dan berdiskusi bersama MOST Advisor dan Technical Analyst kami walau sedang #dirumahaja. Kami berharap Anda tetap sehat dan kita semua mampu melewati krisis ini bersama.
Bersama PT. Mandiri Sekuritas transaksi aman, terpecaya sebagaimana terdaftar dan di awasi oleh OJK. Kami selalu ada untuk melayani Anda. Untuk layanan lebih lanjut, Anda bisa menghubungi Care Center Mandiri Sekuritas di nomor telepon 1 500 178 atau e-mail care_center@mandirisek.co.id